Kesalahan Berbahasa


BAB I
PENDHULUAN

1.1 Latar belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa orang Indonesia umumnya dan para siswa khususnya tergolong dwibahasawan. Bahasa Indonesia dianggap sebagai B2 bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Pengajaran bahasa Indonesia dimulai sejak taman kanak-kanak. Ini berarti bahwa pembinaan bahasa telah dimulai sejak dini. Namun ternyata masih terdapat banyak kesalahan dan persoalan dalam berbahasa Indonesia.
Persoalan kebahasaan yang dihadapi dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah adanya pengaruh Bl (bahasa daerah atau bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa Indonesia atau bahasa yang dipelajari). Pengaruh itu ada yang berkaitan dengan tata bunyi, tata bentuk kata, dan ada pula yang berhubungan dengan tata kalimat.
Ada dua jenis kesalahan berbahasa yakni,  (1)  kesalahan terbuka dan (2) kesalahan tertutup. Kesalahan terbuka adalah kesalahan berbahasa pada tingkat ketatabahasaan yang terlihat dalam kalimat-kalimat yang dihasilkan pembelajar. Kesalahan tertutup merupakan kesalahan yang tersembunyi di balik kalimat yang tersusun secara benar menurut tata bahasa; secara benar menurut kaidah ketatabahasaan tetapi tidak benar dari sudut semantiknya. Lebih lanjut dikatakan  bahwa kesalahan-kesalahan terjadi karena adanya kesulitan dari pembelajar mempunyai arti yang penting bagi peneliti yaitu mereka dapat bukti tentang cara bahasa itu dipelajari terlebih dapat diketahui strategi atau metode yang tepat untuk pembelajarannya (Soenardji, 1989: 143-144).
Sebagaimana dengan permasalahan di atas, penulis termotivasi untuk mengangkat Tema ini. Karena, untuk menjadi seorang pembicara yang handal harus bisa meminimalisir kesalahan dalam berbahasa. Di samping itu, penulis ingin memotivasi kepada pembaca bagaimana menjadi komonikator yang berhasil.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1.      Apakah yang menyebabkan seseorang sering melakukan kesalahan dalam berbicara.
2.      Bagaimakah langkah-langkah menjadi komunikator yang berhasil..
3.      Mengapa seorang komunikator harus mengusai beberapa hal sebulum berbicara.
1.3 Batasan Masalah
Pada pembahasan makalah ini, penulis membatasi permasalahan “pada kesalahan-kesalahan berbahasa,hal yang harus dihindari oleh pendengar, dan hal yang harus dikuasai oleh komunikator”, penulis membatasinya demi kejelasan dan adanya spesifikasi sehingga sehingga pembahasannya dapat dengan jelas dan akurat.
Adapun ruang lingkup pada makalah ini adalah berkaitan dengan seorang pembelajar bahasa Indonesia, yang meliputi kesalahan-kesalahan berbahasa,hal yang harus dihindari oleh pendengar, dan hal yang harus dikuasai oleh komunikator.
1.4 Tujuan Dan Manfaat
Setiap tindakan seharusnya disertai dengan tujua, demikian juga dengan makalah ini, adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk menjelaskan apa penyebab seseorang sering melakukan kesalahan dalam berbicara.
2.      Menjelaskan langkah-langkah menjadi komunikator yang berhasil.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
 1.4.1  Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Dilihat dari isi makalah, diambil dari berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapat ahli dalam bidang bahasa, sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kesalahan-kesalahan berbahasa. Sehingga bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses belajar mengajar.
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan langkah-langkah menjadi komunikator  yang akan dijelaskan dalam bab pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KESALAHAN-KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
2.1.1 Kesalahan Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat yang dibuat pembelajar tidak efektif karena tidak adanya kesatuan informasi/arti dan bentuk. Kalimat yang dibuat mengandung lebih dari satu kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan arti.  Bahkan, ada banyak pernyataan yang hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas sehingga tidak membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan maknanya.
Contoh-contoh  kesalahan keefektifan kalimat:
(1)    Sering keluarga yang dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
(2)    Setelah itu, kendi adalah sedia untuk membakar dengan teknik ada primitiv sekali.
(3)    Menduduki dalam lingkaran tertawa, makanan, menyanyikan dengan ibu, tutor-tutor dan temannya beristirahat nanti hari ini mengunjungi tempat-tempat
Alternatif pembenarannya:
(1)    Keluarga dari daerah pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani,  sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
(2)    Setelah itu, kendi tersebut siap untuk dibakar dengan teknik tradisional.
2.1.2 Kesalahan Pemilihan Kata
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena  arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata  maka akan terjadi pergeseran  arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya. Beberapa contoh kesalahan dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
(1)    Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
(2)    Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
(3)    Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Situasi ini membingungkan anak-anak dan  sangat mempengaruhi mereka.
(2)    Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
(3)    Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
2.1.3 Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense  kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
(1)    Saya nikmat perjalan di Indonesia.
(2)    Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
(3)    Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Saya menikmati perjalanan  di Indonesia.
(2)    Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
(3)    Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
2.1.4 Kesalahan karena Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, dan penghilangan objek  pada predikat berverba transitif.
Contoh kesalahan karena tidak bersubjek: 
(1)    Di keraton menarik dan indah tetapi cuaca lembab dan panas.
(2)    Menurut  orang wawancara di Indonesia ada yang bermacam-macam di dapatkan daerah ke daerah.
(3)    Untuk saya mengerti bagaimana mahasiswa mahasiswa tentang pendidikan Indonesia dan khususnya pengajaran Bahasa Inggris.
Alternatif pembenarannya,
(1)    Keraton Yogyakarta  menarik dan indah tetapi cuaca hari ini  lembab dan panas.
(2)    Menurut  orang yang saya wawancarai,   Indonesia mempunyai  bermacam-macam kesenian yang berbeda di setiap  daerah.
(3)    Saya mengerti pendapat para mahasiswa tentang pendidikan di Indonesia,  khususnya sistem pengajaran Bahasa Inggris.
Contoh kesalahan karena predikat kalimat yang tidak jelas
(1)    Lebih dari itu, Aromatheraphy ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini lebih baik membakar minyak di dalam kamar.
(2)    Umumnya kenakalan remaja dari rumah atau keluarga rusak.
(3)    Dulu sebagian besar guru di Tim-tim dari pulau-pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka berangkat dari Tim Tim dan tidak cukup guru untuk sekolah di sana.



Alternatif pembenarannya:
(1)    Lebih dari itu, Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan ketegangan dan menciptakan rasa santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak wangi  di dalam kamar.
(2)    Umumnya, kenakalan remaja bermula dari keluarga yang tidak harmonis.
(3)    Dulu, sebagian besar guru di Tim-Tim berasal dari berbagai pulau di Indonesia, tetapi sekarang mereka meninggalkan  Tim-Tim sehingga tidak ada cukup banyak guru untuk sekolah-sekolah  di sana.
Contoh-contoh  kesalahan karena tidak adanya objek dalam kalimat yang berpredikat verba transitif.
(1)    Saya menikmati banyak sekali.
(2)    Seorang anak jalanan berbicara kepada saya kalau orang tua angkat mengusir ketika dia berumur sepuluh.
(3)    Upacara ini menunda sampai kelurga bisa mempunyai kadang-kdang ada beberapa bulan.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Saya sangat menikmati perjalanan ini.
(2)    Seorang anak jalanan berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia  ketika dia berumur sepuluh tahun.
(3)    Upacara ini ditunda beberapa bulan sampai keluarga mempunyai cukup banyak uang.
2.1.5 Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang tidak tepat dalam kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu kalimat.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat:
(1)    Banyak barang-barang dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)    Sebelum makan siang saya menjadi kuat oleh minum jamu yang “sehat pria”.
(3)    Saya kembali di hotel Radisson naik bis kecil.
Contoh kesalahan karena tidak adanya preposisi:
(1)    Kami pergi Pabrik Batik untuk mengerti tentang proses batik.
(2)    Kemudian, kami berjalan kaki terus Jl. Malioboro ke supermarket.
(3)    Hari ini kelompok semua pergi Sultan Palace naik bis besar.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu:
(1)    . Kehidupan di guru-guru tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia atau Skotlandia di mana saya tinggal.
(2)    Saya hanya harap, dengan semua Indonesia penduduk ingat dia dalam sejarah seorang yang membantu Indonesia menang kemerdekaan dari dua-duanya pemerintah Jepang dan pemerintah Belanda.
(3)    Mereka harus ada ‘catalytic conventer’ dalam juga supaya gas yang beracun akan mengurangi.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Banyak barang dapat dibeli di toko-toko itu seperti,  pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)    Sebelum makan siang, saya menjadi kuat karena minum jamu  “sehat pria”.
(3)    Saya kembali ke hotel Radisson naik bis kecil.
(4)    Kami pergi ke pabrik Batik untuk mengerti  proses membuat batik.
(5)    Kemudian, kami berjalan kaki terus ke  Jl. Malioboro dan masuk ke supermarket.
(6)    Hari ini, semua kelompok  pergi ke  ‘Sultan Palace’ dengan  naik bis besar.
(7)    Mereka harus mempunyai ‘catalytic conventer’  supaya gas yang beracun dapat dikurangi.
(8)    Kehidupan  guru-guru tidak mudah baik Anda bekerja di Indonesia ataupun di      skotlandia  tempat saya tinggal.
(9)    Saya hanya berharap semua penduduk Indonesia mengingat dia dalam sejarah sebagai orang yang membantu Indonesia mencapai kemerdekaan dari kedua penjajah, pemerintah Jepan dan pemerintah Belanda.
(10)     Mereka harus mempunyai ‘catalytic conventer’  supaya gas yang beracun    dapat dikurangi.
2.1.6 Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)    Hari ini, menarik hari.
(2)    Keluarga adalah sosial  kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)    Keluarga adalah  kesatuan sosial  yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
2.1.7 Kesalahan Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga  yang mempunyai dua pola yang berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal - (sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal- (suifks) untuk pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk dari pola aktif  S + me- bentuk asal- (sufiks) + O menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) +  S  hanya untuk pronomina orang ketiga.
Contoh kesalahan penggunaan konstruksi pasif:
(1)    Mesjid ini membuat untuk Sultan pertama.
(2)    Di dalam  temple ada banyak kemenyan juga membakar.
(3)    Tempat pemujaan ketiga kami mengunjungi adalah mesjid.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Mesjid ini dibuat untuk Sultan pertama.
(2)    Di dalam  temple, ada banyak kemenyan dibakar.
(3)    Tempat pemujaan ketiga yang kami kunjungi adalah mesjid.
2.1.8 Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat. Selain itu, konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf. Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak jelasnya makna kalimat karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas.
Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
(1)    Guru-guru ada perteman sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di sekolahnya.
(2)    Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang bahwa menghadiri gereja ini.
(3)      Oleh sebabnya, apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, didikan kurang memuaskan.
Alternatif pembenarannnya:
(1)    Guru-guru sedang mengadakan perteman ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di halaman sekolah.
(2)    Gereja ini membagun dengan uang dari orang-orang yang menghadiri gereja ini.
(3)    Apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, anak didik kurang memuaskan.
2.1.9 Kesalahan Penggunaan  yang’
Contoh kesalahan penggunaan’ yang’:
(1)    Menurut teman saya, TKA mempunyai peran yang pentiing sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
(2)    Hampir semua segi bahwa saya mencari bisa yang dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3)    Saluran TV ini swasta dan mereka bisa menunjuk apa saja mereka mau.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Menurut teman saya, TKA mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantu masyarakat dan prasarana lokal.
(2)    Hampir semua segi yang  saya temukan bisa dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3)    Saluran TV ini adalah saluran swasta dan mereka bisa mempertunkukan semua hal yang merek mau.
2.1.10 Kesalahan Pembentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang nomina, penggunaan numeralia,  dan penggunaan penanda jamak seperti, beberapa, sejumlah, para, banyak, sedikit, dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang bersangkutan harus dalam bentuk tunggal. Kesalahan dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun membuat bentuk jamak..
Contoh kesalahan penggunaan bentuk jamak:
(1)    Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam trmpat-tempat wisata seperti Keraton, Taman Sari, pasar burung yang terletal di belakang Taman Sari.
(2)    Saya membicarakan dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu untuk mengirimi semua anak-anakny ke universitas.
(3)    Di Inggris, guru-guru merasa bahwa mereka menerima gajinya yang rendah dan banyak guru-guru berangkat untuk pekerjaan yang lain.
Alternatif pembenarannya:
(1)    Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti,  Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang terletak di belakang Taman Sari.
(2)    Saya berbicara dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu menyekolahkan  semua anaknya ke universitas.
2.1.11 Kesalahan Penggunaan Kata Secara
Kata secara hanya digunakan menjelaskan cara pelaksanaan suatu kegiatan sehingga makna dari kata secara adalah dengan cara. Kesalahan ini cendrung digunakan oleh anak muda sekarang. Di dunia maya tidak jarang kita menemukannya.
contoh penggunaannya yang tepat dalam kalimat:
(1)    Apabila kamu menerjemahkan kitab suci secara harafiah, besar kemungkinan kamu akan mendapat pemahaman yang salah
(2)    Tes penerimaan pegawai negeri akan diadakan secara besar-besaran di GBK
(3)    Pertemuan antara Paidjo dan Sutidjem dilakukan secara terselubung
Contoh penggunaan yang salah dalam kalimat :
(1)    gw mau mandi ah secara gw abis maen basket dan keringetan..
(2)    “Sukinem, loe udah ngerjain tugas belom?” Sukinem menjawab, “belom, secara gw baru aja bangun tidur..”
(3)    mana mungkin Karminah mau ngejagain adek loe, secara kemaren loe baru aja nyolong duitnya..
(4)    secara gw bikin blog karena pengen berbagi pengetahuan ama temen2 gw..
Tak jarang pula, ada pemakaian kata secara ini yang maknanya masih menjadi misteri terbesar bagi penulis sendiri, contohnya:
(1)    belajar yang bener donk bro, secara loe kan mau jadi Presiden..
Pemakaian kata secara ini sudah sedemikian parahnya, dan bukan lagi sekedar trend di kalangan remaja2 ibukota belaka. Presenter-presenter acara infotainment atau acara remaja di televisi pun turut berkontribusi terhadap penyebaran kata ini.

2.2  HAL YANG HARUS DIHINDARI DALAM PEMBICARAAN
Berikut ini adalah 7 hal yang wajib dihindari dalam sebuah pembicaraan jika anda ingin menjadi seorang komunikator handal.
(1)    Berusaha memenangkan percakapan.
(2)    Membandingkan ceritanya dengan cerita kita
(3)    Terlalu sering curhat
(4)    Hindari Gosip
(5)    Sering Menginterupsi
(6)    Mereka tidak menghargai anda!
(7)    Argumentatif/Tukang Debat
Dibawah ini adalah beberapa bahasa tubuh yang perlu anda perhatikan ketika berbicara dengan seseorang :
2.2.1 Jangan silangkan kaki dan tangan anda.
Anda mungkin sudah sering mendengar bahwa menyilangkan tangan atau kaki dapat menunjukkan bahwa anda tertutup terhadap lawan bicara anda dan ini tidak menciptakan hubungan pembicaraan yang baik. Bukalah selalu posisi tangan dan kaki anda.

2.2.2 Lakukan kontak mata, namun bukan menatapnya.
Dengan melakukan kontak mata pada lawan bicara anda dapat membuat hubungan pembicaraan menjadi lebih baik dan anda dapat melihat apakah mereka sedang mendengarkan anda atau tidak. Namun juga bukan dengan menatapnya (terus menerus), karena akan membuat lawan bicara anda menjadi gelisah.
Jika anda tidak terbiasa melakukan kontak mata pada lawan bicara anda, memang anda akan merasakan ketidaknyamanan pada saat pertama kali. Namun lakukan saja terus dan anda akan terbiasa suatu saat nanti.
2.2.3 Buatlah jarak antara kedua kaki anda.
Memberi jarak antara kedua kaki (tidak dirapatkan) baik dalam posisi berdiri maupun duduk menunjukkan bahwa anda cukup percaya diri dan nyaman dengan posisi anda.
2.2.4 Santaikan bahu anda.
Ketika anda merasa tegang, anda akan merasakan juga ketegangan di kedua bahu anda. Biasanya terlihat dari posisi bahu yang sedikit terangkat dan maju ke depan. Cobalah untuk mengendurkan ketegangan dengan menggerakkan bahu anda dan mundurkan kembali posisinya ke belakang atau bersandar.
2.2.5 Mengangguk ketika lawan bicara anda sedang berbicara.
Mengangguk menandakan bahwa anda memang sedang mendengarkan. Namun bukan berarti anda mengangguk berlebihan (terus menerus dan cepat) layaknya burung pelatuk, karena anda akan terlihat seperti dibuat-buat.
2.2.6 Jangan membungkuk, duduklah dengan tegak.
Membungkuk menandakan bahwa anda tidak bergairah, dan tegak disini maksudnya adalah tetap dalam koridor santai, tidak tegang.
2.2.7 Condongkan badan, namun jangan terlalu banyak.
Jika anda ingin menunjukkan bahwa anda tertarik dengan apa yang disampaikan oleh lawan bicara anda, condongkan sedikit tubuh anda ke arahnya. Namun jangan juga terlalu condong karena anda terlihat seperti akan meminta sesuatu.
Jika anda ingin menunjukkan bahwa anda cukup percaya diri dan santai, condongkan sedikit badan anda ke belakang. Namun juga jangan terlalu condong, karena anda akan terlihat arogan.
2.2.8 Tersenyum dan tertawa.
Bercerialah, jangan terlalu serius. Santai, tersenyum bahkan tertawa jika seseorang menceritakan sesuatu hal yang lucu. Orang akan cenderung mendengarkan anda jika anda terlihat sebagai orang yang positif. Namun juga jangan menjadi orang yang pertama kali tertawa jika anda sendiri yang menceritakan cerita lucu nya, karena anda akan terkesan gugup dan seperti minta dikasihani.
Tersenyumlah ketika anda berkenalan dengan seseorang, namun jangan pula tersenyum terus menerus karena anda akan dianggap menyimpan sesuatu dibalik senyuman anda.
2.2.9 Jagalah posisi kepala anda tetap lurus.
Jangan melihat ke bawah ketika anda berbicara dengan seseorang. Anda akan terlihat seperti tidak nyaman berbicara dengan lawan bicara anda dan juga terlihat seperti orang yang tidak percaya diri.
2.2.10 Jangan terburu-buru.
Ini bisa berlaku untuk apa saja. Bagi anda yang mempunyai kebiasaan berjalan dengan cepat, cobalah sesekali untuk memperlambat jalan anda. Selain anda akan terlihat lebih tenang dan penuh percaya diri, anda juga akan merasakan tingkat stress anda berkurang.
2.2.11 Hindari gerakan-gerakan yang menunjukkan bahwa anda gelisah.
Gerakan-gerakan semacam itu menunjukkan bahwa anda gugup dan dapat mengganggu perhatian lawan bicara atau orang-orang yang sedang berbicara dengan anda.
2.2.12 Efektifkan penggunaan tangan anda.
Daripada anda menggunakan tangan anda untuk hal-hal yang dapat mengganggu perhatian lawan bicara anda, seperti disebutkan dalam point 11 diatas, lebih baik anda menggunakan tangan anda untuk membantu menjelaskan apa yang anda sampaikan.

2.2.13 Rendahkan gelas minuman anda.
Sikap ini agak kurang baik karena akan membuat ‘jarak’ yang cukup jauh antara anda dan lawan bicara anda. Rendahkan posisi gelas minuman anda, bahkan jika perlu anda memegangnya sampai di dekat kaki.
2.2.14 Jangan berdiri terlalu dekat.
Posisi yang terlalu dekat pada lawan bicaranya dapat menandakan bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu atau mempunyai maksud tertentu. Selain itu tentu saja akan membuat lawan bicaranya menjadi tidak nyaman. Jagalah selalu jarak ’privacy’ antara anda dan lawan bicara anda.
2.2.15 Berkaca.
Dua orang terkoneksi dan melakukan hubungan pembicaraan yang positif, mereka secara tidak sadar akan saling berkaca satu sama lain. Dalam arti anda akan sedikit meniru bahasa tubuh lawan bicara anda, begitu juga sebaliknya.
2.2.16 Jagalah selalu sikap anda.
Apa yang anda rasakan akan tersalur lewat bahasa tubuh dan dapat menjadi perbedaan yang besar terhadap kualitas hubungan anda dan lawan bicara anda. Tetaplah jaga sikap yang positif, terbuka dan santai.

2.3 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERBICARA
(1)      Kuasai apa yang akan Anda bicarakan
(2)      Kenali siapa pendengar Anda
(3)      Sisipkan humor
(4)      Ungkapkan dari hati
(5)      Lakukan kontak mata
(6)      Lemparkan senyum
(7)      Berhenti sejenak
(8)      Gunakan peraga visual dan teknologi
(9)      Bagikan materi dan makalah
(10)    Tampillah bak bintang panggung
(11)    Dressed for success
(12)    Bercerita
(13)    Manfaatkan ruang
(14)    Biarkan tubuh bicara
(15)    Latihan, latihan!















BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Mereka yang mengira bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah akan segera menyadari betapa rumitnya jika mereka berusaha sungguh-sungguh mempelajari sastra dan bentuk tulisan lainnya. Salah satu hambatan bagi orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia adalah luasnya kosakatanya. Kenyataan bahwa bahasa ini memiliki 20 ribu kata serapan dari berbagai bahasa bisa mengarah pada kesimpulan yang salah, seolah-olah bahasa Indonesia adalah bahasa yang relatif miskin dengan kosakata asli yang agak terbatas.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mencerminkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa hidup yang mampu beradaptasi dengan situasi baru. Juga mencerminkan opini dan interpretasi tim penyusunnya tentang bagaimana bahasa Indonesia semestinya menurut tata bahasa yang resmi. Bahasa Indonesia seolah-olah merupakan bahasa yang dibuat berdasarkan keputusan (yang pada tingkatan tertentu bisa dikatakan benar sejak 1928) ketimbang bahasa yang diserap dari kenyataan linguistik sehari-hari.
Kenyataan menunjukkan bahwa orang Indonesia umumnya dan para siswa khususnya tergolong dwibahasawan. Bahasa Indonesia dianggap sebagai B2 bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Pengajaran bahasa Indonesia dimulai sejak taman kanak-kanak. Ini berarti bahwa pembinaan bahasa telah dimulai sejak dini. Namun ternyata masih terdapat banyak kesalahan dan persoalan dalam berbahasa Indonesia.
Persoalan kebahasaan yang dihadapi dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah adanya pengaruh Bl (bahasa daerah atau bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa Indonesia atau bahasa yang dipelajari). Pengaruh itu ada yang berkaitan dengan tata bunyi, tata bentuk kata, dan ada pula yang berhubungan dengan tata kalimat.
Dalam melakukan kemunikasi sering sekali terdapat kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan ini menyebabkan makna yang disampaikan oleh suatu kalimat menjadi tidak jelas.
Seorang komunikator untuk mendaptkan hasil yang maksimal harus menguasai hal-hal yang bisa mendukung penampilannya. Dalam melakukan komunikasi, kita biasa menjadi pembicara ataupun pendengar. Untuk menjadi pendengar yang baik sehingga kegiatan bisa berjalan lancar,  kita harus menghindari hal-hal yang tidak perlu.
3.2   Saran
Penulis ingin memberikan sebuah saran kepada pembaca, untuk bisa menjalin komunikasi yang baik sekiranya kesalahan berbahasa perlu dihindari. Seorang komunikator harus menguasai semua hal yang berkaitan dengan berbicara, agar bisa berhasil.


















DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia.
BA Martaya, Widya. 1980. Kereatif Berbicara.  Bandung : Kanisius
Cahulsun, Umi dan Windi, Novia. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Kashiko.
Guntur tarigan, henry. 1981. Kecakapan Berbicara. Bandung : Angkasa.
Kumpulan materi kuliah berbicara semester II 2009.
Yadin, Mul. 2007. Maklah Peranan Berbicara Dalam Pidato.Mataram.
M. moeliono, Anton. 2003. Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Musaddat, syaiful. 2006. Aplikasi Bahasa Indonesia. Mataram : Mataram University Press.
Suyono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Prias.
Soenardji. 1989. Sendi-Sendi Linguistika Bagi Kepentingan Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.













KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis makalah yang berjudul “MEMPERBAIKI KESALAHAN BERBICARA DAN MENJAGA SIKAP DI DEPAN UMUM GUNA MENJADI KOMUNIKATOR YANG BERHASIL” ini dapat terselsaikan.
Selawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda Muhamad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabat-Nya, serta pengikut-Nya yang senantiasa selalu istiqomah di atas sunah-sunah, serta ajaran yang beliau bawa sampai hari kiamat kelak.
Dalam penulisan makalah ini, penulis dihadapkan oleh berbagai macam permasalahan, tetapi dengan adanya bantuan dan bimbingan  dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan rendah hati menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhomat.
1.      Bapak Prof. Ir. Mansur ma’sum, Ph,D selaku rektor universitas mataram.
2.      Bapak Dr. Rusdiawan, M.Pd selaku dekan fakultas keguruan dan llmu pendidikan, universitas mataram.
3.      Bapak Drs. Kahirul Paridi, M.Hum selaku ketua jurusan pendidikan bahasa dan seni, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas mataram.
4.      Bapak Drs. Cedin Admaja, M.Si selaku ketua program studi bahasa dan sastra Indonesia, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas mataram.
5.      Para setap kepegawaian fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, yang membantu saya dalam proses belajar.
6.      Bapak Drs. H. Nasaruddin. M. Ali, selaku pembimbing mata kuliah berbicara.
7.      Kedua orang tua saya yang selalu membantu, membimbing, serta mengarahakan kepada jalan kebenaran.
8.      Semua pihak yang telah banyak memberiakn kritik dan saran serta bantuan kepada saya, sehingga saya dapat menyelsaikan makalah ini.



Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.


                                                                                                  Mataram, 24 juni 2009

                                                                                                              Penulis






























DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.......................................................................................................     i
KATA PENGANTAR....................................................................................................    ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ......    1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................    1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................    2
1.3 Batasan Masalah................................................................................................    2
1.4 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................    4
2.1  Kesalahan-Kesalahan Berbahasa...................................................................     4
2.2  Hal Yang Harus Dihindari Dalam Pembicaraan..........................................   12
2.3  Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Berbicara...................................  15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................   17
3.1  Kesimpulan.......................................................................................................   17
3.2   Saran.................................................................................................................   18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................  19












Tidak ada komentar:

Posting Komentar