menulis (komposisi)

BAB I
PENDAHULUAN

Kemampuan berbahasa menyangkut empat aspek keterampilan. Dawson (dalam Tarigan, 1994: 1) menyebutnya dengan istlah catur- tunggal, yaitu keterampilan meyimak/ mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills).
Sehubungan dengan keempat keterampilan tersebut kegitan menulis merupakan intigrasi dari ketiga kemampuan lainnya. Oleh karena itu, kegitan ini sangat perlu dipelajari. Kegitan menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan (Nurudin, 2007: 4). Atau dengan kata lain menulis adalah suatu kegiatan berbahasa tulis dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, ide, imaji berdasarkan kaidah-kaidah bahasa tulis yang baik dan benar. Dalam dunia akdemika jenis tulisan ada dua, ada yang bersifat ilmiah dan bersifat non ilmiah. Kedua jenis ini dikembangkan dengan berbagai bentuk karangan yaitu, deskrifsi, narasi, argumentasi, persuasi dan eksposisi.
Sebelum melakukan kegiatan menulis perlu dipersiapkan berbagai hal mengenai menulis antara lain;
1. tema yang akan dibahas
2. gagasan yang dapat diartikan sebagai pengetahuan atau pengalaman mengenai tema yang diangkat
3. sistematika
4. diksi
5. wahana/alat
6. tuturan atau jenis karangan yang akan digunakan (Nurudin, 2007:4-12).
Dari keenam poin yang disebutkan oleh Nurudin di atas, poin keenam sangat perlu dipelajari. Karena dengan jenis/ bentuk karangan kita dapat mengarahkan tujuan atau maksud dari hasil tulisan yang kita buat.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan membahas tentang berbagai bentuk/jenis karangan yang sering digunakan dalam kegitan menullis.

BAB II
JENIS KARANGAN

2.1 karangan deskripsi
2.2 karangan narasi
2.3 karangan argumentasi
2.4 karangan persuasi
2.5 karangan eksposisi


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karangan Deskripsi
3.1.1 Pengertian Karangan Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin, deskribe yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakannya) apa yang dilakukan itu sesuai dengan citra penulisannya (Suparno,2006: 46). Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. (Nururdin, 2007:60) mengilustrasikan penulis karangan deskripsi sebagi seorang pelukis. Mereka menggabarkan objek yang diamati, diresapi dimajinasikan dalam pikirannya dan dituangkan dalam bentuk lukisan atau tulisan.
3.1.3 Contoh Karangan Deskripsi dengan Pedekatan Ekspositoris
Kecelakaan Mobil
Wanita yang terbaring lemas di atas mobil ambulan itu merupakan korban kecelakaan mobil. Mobil yang dikendarainya menyimpang keluar dari jalan akibat jalan yang licin bekas hujan lebat turun tadi pagi. Dia mengendarai mobil dengan kecapatan tinggi dan tidak bisa mengerem sehingga mobilnya terprosot ke dalam sungai dengan kedalaman air 1 meter. Orang-orang yang melihatnya berusaha memberikan pertolongan, dengan melompat ke sungai.
Setelah kurang lebih 15 menit orang itu berhasil menolong wanita tersebut. Namun, wanita itu mengalami pendarahan di kepalanya. Tidak lama kemudian mobil ambulan dan polisi lalulintas tiba untuk mengefakuasi korban.
Tidak menunggu lama para pengurus rumah sakit lansung memberikan pertolongan pertama kepada wanita itu. Sementara polisi dengan warga membantu mengelurakan mobil yang masuk ke sungai tersebut.

3.2 Karangan Narasi
3.2.1 Pengertian Karangan Narasi
Istilah narasi atau sering disebut dengan naratif berasal dari kata bahasa Inggris naration (cerita) dan narative (yang menceritakan). Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu (Suparno, 2006: 4.32). Dan dijelaskan lagi oleh (Finoza, 2006: 222) karangan narasi merupakan suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan kejadian manusia dalam sebuah perestiwa secara kronologis atau yang berlansung dalam suatu kesatuan waktu.
3.2.3 Contoh Karangan Narasi
Pertemuan Pertama
Pertama kali menginjak kaki di Universitas Mataram, aku merasa bagaikan ”rusa tersesat ke dalam kampung”. Rasa sepi karena tidak ada teman, terpaksa aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan seorang laki-laki yang tidak ku kenal sama sekali.
Saat mengahampirinya aku merasa malu. Tetapi, dengan melihatku mengahampirinya, ia duluan menyapaku dan menanyakan nama dan asal ku, begitupun aku bertanya balik kepadanya dan dia bernama Tomo. Semenjak dari perkenalan itu kami berdua berteman akrab.
Kami berdua kebetulan satu fakultas, namun berbeda jurusan dia mengambil jurusan PMIPA sedangkan aku sendiri Jurusan Bahasa dan Seni. Oleh karen kami berbeda jurusan, kami memiliki banyak teman. Aku sering memperkenalkan taman-teman kelasku kepadanya begitupun dia memperkenalkan teman-teman kelasnya kepadaku.
Begitulah perjalanku mendapatkan teman-teman di Universitas tempat aku menempuh program S1 Pendidikan Bahasa.

3.3 Karangan Eksposisi
3.2.1 Pengertian Karangan Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari kata bahasa inggris exposition yang berarti ”membuka” atau ”memulai”. Karangan eksposisi itu merupakan karangan yang bertujaun utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu dan masalah yang biasa dieksposisikan adalah informasi (Suparno, 2006: 5.4). Penulis karangan eksposisi berusaha memberitahukan pembacanya agar pembaca semakin luas pengetahuannya tentang suatu hal.

3.2.3 Contoh Karangan Eksposisi Pola Pengembangan Analogi
Pengarang dan Pelukis
Pengarang sama halnya dengan seorang palukis. Jika pengarang menggabarkan apa yang dia rasakan, dilihat, didengar dan dicium dituangkan dalam bentuk tulisan, maka pelukis meggabarkan semua itu dalam bentuk lukisan. Meski hasil karya kedua profesi ini berbeda namun pesan atau isi dari karyanya itu sama ketika menyoroti objek yang sama. Misalanya seorang pengarang menulis menggunakan pengembangan pola karangan deskripsi untuk mendeskripsikan gambaran seorang wanita yang cantik. Maka dia menyoroti bagian-bagian yang dia anggap menarik dan menyebutkannya dengan berbagai ciri sehingga tulisannya itu tergambarkan wanita yang cantik. Begitu halnya pelukis, dia akan menggabarkan sosok wanita yang cantik dengan media cat dan kampasnya. Mungkin dia melihat wajah dari wanita itu cantik maka dia akan memperjelas kecantikan itu seperti hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, rabut lurus yang terurai, dan bibir yang seksi.

3.4 Karangan Argumentasi
3.4.1 Pengertian Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan, pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, penderian atau gagasan (Suparno, 2006: 5.36).
3.4.3 Contoh Karangan Argumentasi
Pentingnya Gotong Royong

Keharmonisan masyarakat sekarang dalam bernegara sudah mulai mengikis. Kehidupan kerjasama sudah menjadi barang langkah kita temukan dilingkkungan sosial masyarakat. Istilah kerjasama ini, kita kenal dengan istilah gotong royong. Pada masa penjajahan istilah ini manjadi alat untuk mempersatu tekat seluruh warga negara Indonesia untuk terlepas dari jajahan negara lain. Meskipun berbagai perbedaan suku, bahasa, adat dan wilayah, tidak menjadi penghalang terjalin suatu kerjasama. Kita bisa melihat gambaran lain dalam gotong seperti yang dilakukan oleh rayap. Binatang kecil ini bisa membangun rumahnya dari tanah setinggi 5 M dengan gotong royong. Mereka berkerjasama mengangkut tanah untuk mereka susun dan menjadi rumah yang besar bagi ukuran mereka yang sangat kecil.
Namun, pada kehidupan masyarakat Indonesia era sekarang tradisi gotong royong sudah mulai memudar, terutama di masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain; (1) masyarakat sekarang terlalu sibuk dengan aktifitas sendiri, dan (2) adanya anggapan bahwa gotong royong mengahabiskan waktu yang banyak. Sehingga akibat dari hilangnya tradisi gotong royong menyebabkan hubungan persaudaraan antarmasyarakat merenggang yang menyebabkan terjadinya pertikaian antarsesama Banyak sekali contoh kasus terjadinya pertikain anatarwaraga dalam suatu mayarakat karena sudah berkurangnya kerjasama atau gotong royong.
Jadi, sehubungan dengan hal tersebut tradisi gotong royong perlu dilestarikan dan dikembangkan di berbagai lapisan masyarakat. Karena tradisi gotong royong memiliki daya pemersatu yang bisa membuat suatu masyarakat yang harmonis. Dengan semakin eratnya hubungan sosial masyarakat maka semakin hilangnya pertikaian/kerusuhan yang mengatas namakan kelompok maupun pribadi.

3.5 Karangan Persuasi
3..5.1 Pengertian Karangan Persuasi
Istilah persuausi merupakan alihan bentuk kata persuasion dalam bahasa Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau maykinkan, berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis, (Suparno, 2006: 5.47).

3.5.3 Contoh Karanga Persuasi
Guru cetakan FKIP Universitas Mataram
Bercita-cita menjadi seorang guru, itu yang menjadi idaman oleh kebanyakkan orang. Karena profesi ini menjamin kehidupan para anggotanya. Baik dari tunjangannya maupun dari penghargaan-penghargaan lain. Selain menjamin kelayakan bagi anggotanya, profesi ini dalam pandangan agama Islam merupakan sustu perofesi yang sangat mulia. Kerana dapat membatu orang lain dari tidak bida menjadi bisa.
FKIP Universitas Mataram merupakan salah satu lembaga di wilayah NTB yang sudah benyak mencetak guru-guru yang berperestasi dan siap bersaing dengan guru-guru cetakan lembaga lain. Selain itu, guru cetakan FKIP Universitas Mataram memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kuwalitas pendidikan di Indonesia. Karena semasa perkuliahan guru-guru ini sudah digembeleng sedimikian rupa mengenai pendidikan. Dosen-dosen yang membing mereka sangat berpengalaman dan berkompeten di bidangnya masing. Kurikulum yang diterapkan sangat mempermudah mahasiswa untuk dapat menyelsaikan studinya dengan cepat dan dikung lagi dengan sarana dan prasarana yang sudah memadai. Sehingga sudah tidak ada keraguan lagi bahwa guru-guru cetakan lembaga ini menjadi guru yang layak pakai dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat dan tujuan pendidikan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar