ptk


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kemampuan berbahasa dalam kurikulum di sekolah menyangkut empat aspek keterampilan. Dawson menyebutnya dengan istlah  catur- tunggal, yaitu; keterampilan meyimak/ mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan ketrampilan menulis (writing skills), (Tarigan, 1971 : 1).
Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit di antara keempat ketrampilan berbahasa yang disebutkan di atas. Kemampuan menulis merupakan integrasi dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan ketrampilan membaca. Galswon (dalam Faesal, 2009 : 1) menyatakan bahwa ”Kerja menulis merupakan pekerjaan yang sulit di dunia. Menulis benar-benar menghantui jiwa...”. Ditambhakn lagi oleh Dewi (2006 : 21) mengatakan bahwa, ”...sesungguhnya menulis memang tidak mudah, apa pun jenis tulisan itu.” Dari kedua penulis di atas merupakan gambar ril di dalam  kegiatan menulis memang sangat sulit dan membosankan, ini disebabkan karena ketidak kebiasaan dalam menulis, tidak ada gambaran ide untuk ditulis, dan berbagai hal lainnya. Oleh karena dalam kegiatan menulis perlu dicari solusi-solusi, sehingga menulis tidak lagi dianggap kertarampilan yang sangat sulit dan terauma bagi penulis yang pemula.

Untuk mengatasi permasalahan menulis dituntut untuk mencari solusi dengan menggunakan model atau media pembelajaran untuk membangkitkan motivasi menulis dan menghilngkan permasalahan-permasalahan tersebut.
Pennggunaan media dalam pembalajaran sastra khususnya pada pembelajaran menulis naskah drama sangatlah penting, untuk membantu siswa lebih mudah memahami pokok bahasan yang disampaikan oleh guru. Namun, penggunaan media pada pelajaran naskah drama jarang sekali digunakan oleh guru. Penggunaan media di dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, mudah, dan menyenangkan, di samping untuk mempermudah proses penyerapan dan penyampain materi bagi siswa. Suyanto, 2005 (dalam Yuliana, 2007 : 3 ) menjelaskan bahwa pembelajaran menarik adalah pembelajaran yang mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus diikuti. Dengan begitu, siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pelajaran.
Media pembelajaran yang bisa digunakan tidak harus media yang mahal dan bagus, yang paling penting adalah media tersebut digunakan untuk menunjang proses pembelajaran siswa. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran penulisan naskah drama adalah penggunaan media cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dimasa lampau biasanya ditokohi oleh manusia dan adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa terjadinya di dunia yang kita kenal sekarang, Bascom (dalam Yuliana, 2007 : 2 ). Kelebihan media cerita rakyat dibandingkan dengan media lainnya antara lain sebagai berikut.
1.      Media cerita rakyat sangat mudah didapatkan.
2.      Seluruh siswa sering mendengar cerita rakyat berasal dari daerah masing-masing bahkan cerita rakyat berasal dari daerah lain.
3.      Di dalam cerita rakyat terdapat unsur-unsur pendidikan dan pesan-pesan moral yang dapat membentuk karakter siswa.
4.      Di dalam cerita rakyat terdapat beberapa unsur pembangun yang memilki kesamaan dalam naskah drama.
Permasalahan dalam menulis naskah drama dialami oleh siswa beraneka ragam, dari hasil wawancara siswa saat melakukan studi pendahuluan, didapati kesuliatan-kesuliatan yang dialami antaranya : (1) siswa masih mengalami kesuliatan dalam menentukan tema, (2) kesulitan dalam menentukan judul, (3) sulit membayangkan suasana tempat terjadi perestiwa, (4) sulit memilih kata-kata/ dialog yang pas sesuai dengan tema, (5) sulit mengawali atau menentukan dialog pembuka, (6) sulit membangun klimaks, konflik, dan resolusi dalam naskah. semua permasalahan ini disimpulkan muncul kerena siswa tidak banyak atau jarang menulis atau membaca naskah drama.
Maka dalam penelitian ini sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran naskah drama diangkat penelitian dengan judul ”Pemanfaatan Media Cerita Rakyat untuk Meningkatken Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Siswa SMP Kelas VIII ”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1.      Apakah pemanfaatan media cerita rakyat dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa SMP kelas XI?
2.      Bagaimanakah penerapan media  Cerita Rakyat dalam pembelajaran                            menulis naskah drama pada siswa SMP kelas XI?
                       
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini antara lain:
  1. meningkatkan kemampuan menulis naskah drama dengan     menggunakan media cerita rakyat pada siswa SMP kelas XI.
  2. mengembangkan pemanfaatan media cerita rakyat dalam pembelajaran  menulis naskah drama pada siswa SMP kelas XI.

1.4  Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
  1.  Siswa
Dengan pemanfaatan media certia rakyat ini mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Terutama dalam memunculkan dan mengembangkan ide.

  1. Guru
Media cerita rakyat diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pokok bahasan penulisan naskah drama.
  1. Peneliti
Mendapatkan informasi tentang tingkat hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa dengan menggunakan  media cerita rakyat di sekolah menengah pertama dan aktifitas siswa
  1. Pembaca
Memberikan tambahan informasi mengenai media dalam mengembangkan         kemampuan menulis dalam pemebelajaran.

1.5  Indikator
Indikator dari penelitian ini antara lain:
  1. siswa mampu mengembangkan ide, alur, dailog, perwatakan, sting, ejaan, dan kesusai naskah dengan cerita. Di dalam  proses dan hasil penulisan naskah drama melalui   berbagai tes yang dilakukan.
  2. menyusun dan mengembangankan langkah-langkah pembelajaran dan bahan ajar menggunakan media cerita rakyat.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang penggunaan berbagai media, metode atau teknik dalam pengajaran sastra merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya penelitian serupa yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa, guru, maupun pihak lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Khususnya yang berkaitan dengan penulisan naskah drama ada beberapa peneliti yang pernah menletinya antra lain sebagai berikut.
Pertama Rahma Bages, 2010 dengan judul "strategi BUK (baca, ubah, kembangkan) untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI MAN2 Mataram". Pada penelitian ini Rahma, menyimpulkan bahwa anak mengalami peningkatan kemampuan dalam menulis naskah drama dengan menggunakan tiga siklus. Pada siklus I menunjukan kemampuan menulis siswa terjadi peningkatan  dengan nilai rata-rata 14,22, pada siklus II meningkat menjadi 67,25  dan pada siklus III mencapai nilai rata-rata 67,88 atau terjadi peningkatan sebesar 88%.
Kedua Santani, 2010 yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Media Lingkungan Siswa Kelas X C SMA Muhamadia Mataram" . Menunjukan bahwa, penggunaan media lingkungan sekolah dapat memberikan respon yang positf bagi siswa dan dapat meningkatakan kemampuan menulis siswa. Hal ini , dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dalam menulis. Pada siklus I dengan nilai rata-rata 60,85 dan menjadi 74,34 pada siklus II. Sedangkan tingkat  ketuntasan belajar meningkat dari semula 28,94 menjadi 55,26 pada siklus I dan 94,74 pada siklus II.
      Dalam penulisan naskah drama terdapat berbagai macam media dan strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu dan membangkitkan minat siswa dalam menulis naskah drama. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menciptakan media baru dan mudah didapat. Penggunaan media ini khendaknya  mampu membantu siswa dan guru dalam pembelajaran naskah drama.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Menulis
Keterampilan menulis termasuk di antara empat keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai kegiatan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan khendak kepada orang lain secara tertulis, Suriamiharja, 1985 (dalam Agusti , 2007 : 10). Dijelaskan lagi oleh Nurrudin, (2010: 4) menulis adalah kegiatan yang dilakukan seorang untuk menghasilkan tulisan. dapat di tarik kesimpulan pengertian menulis adalah segenap kegiatan seorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.

2.2.2 Kegunaan Menulis
Menurut Subarti (dalam Rashma Bages, 2010 : 13) meyebutkan ada 6 kegunaan menulis yaitu sebagai berikut:
  1. penulis dapat terlatih dalam menggambarkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menguhubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan.
  2. dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan hanya sekedar  menjadi penyadap informaasi dari orang lain.
  3. dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
  4. penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar.
  5. penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasanya sendiri secara lebih objektif.
  6. dengan menulis sesuatu, penulis akan lebih mudah memcahkan permasalahan, yaitu dalam konteks yang lebih konkrit.           




2.2.3 Manfaat Menulis
Nurrudin, (2010 : 19) menyebutkan beberapa manfaat penulisan, yaitu:
  1. sarana untuk mengungkapkan diri (a tool for self expression)
  2. sarana untuk pemahaman (a tool for understanding)
  3. membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri  (a tool to help developing personal satisfaction, pride, a feeling of self worth).
  4. meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadapa lingkungan (a tool for increasing awarennes and perception of enviroment)
Akhdiah 1997 (dalam Rasma Bages, 2010 : 14) menguraikan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Dikatakan bahwa, secara umum dengan menulis seseorang melakukan kegiatan berikut:
  1. terpaksa mencari sumber informasi tentang topik yang akan ditulis tersebut. Dengan demikian, wawasan topik tersebut bertambah luas dan mendalam.
  2. untuk menulis tentang sesuatu seseorang terpaksa belajar tetang sesuatu itu  serta berpikir atau bernalar dan mengumpulkan fakta, kemudian menguhubungkan-hubungkan, serta menarik kesimpulan.
  3. menulis berarti menyusun gagasan secara runtut dan sistematis. Dengan demikian sesuatu yang semula masih samar dapat dijelaskan.
  4. dengan menulis permasalahan akan lebih muda dipecahkan.
  5. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan untuk berpikir dan berbahasa secara tertip.
2.2.4 Media Pembelajaran
2.2.4.1 Pengertian Media
Kata media adalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari medium yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Dalam konteks belajar dan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau materi ajar dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan dan sebaliknya (Ginting, 2008 : 140). Pendapat lain yang sejalan Suparta, 2003 (dalam Arjuna, 2011 : 8) menjelaskan media digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membantu pelajaran dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Jadi, media adalah sarana membantu guru untuk menyampaikan materi lebih mudah dan membantu siswa lebih mudah menyerap penjelasan.
2.2.4.2 Manfaat Media
      Menurut (Ginting, 2008 : 141) menyebutkan media memiliki manfaat antara lain; (1) media secara tidak lansung dapat dijadikan sebagai skenario yang mengarahkan jalanannya proses belajar dan pembelajaran sebagaimana direncanakan, (2) bahan ajar dapat disiapkan sebelumnya sehingga dapat lebih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Ditamba lagi oleh Rudi dan Riyana (2008) manfaat media pembelajaran anatara lain; (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas, (2) mengatasi keterbatasan ruang, ruang dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, intarksi lebih lansung antara murid dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, audiotori dan kinestiknya, (5) memberi ransangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uraian di atas manfaat dari media pembelajaran pada dasarnya untuk mempermudah transfer ilmu atau pengetahuan kepada siswa dan memudahkan proses pemahaman serta penggalian makna dari apa yang disampaikan melalui media pembelajaran tersebut.

2.2.5 Media Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan salah satu sari bagian kajian dari folklor. Dundes 1965 (dalam L. Endi  Kusuma Jaya, 2010 : 27) menyubutkan beberapa hal yang termasuk folklor, yakni : mite (myths), legenda (legens), dongeng (folklates), lelucuan (jokes), pribahasa (provebs). Namun, dari beberapa jenis kajian folklor tersebut yang termasuk cerita rakyat adalah mite (myths), legenda (legens), dongeng (folklates).
Mite (myths) Bascom (dalam Danandjaja, 1997 : 50) mite adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empuh cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau mahluk setengah dewa. Mite pada umunya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, gejala alam dan sebagainya.
Legenda (legens) merupakan prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan Mite (myths), yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak anggap suci. Mite ditokohi oleh manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering kali dibantu oleh mahluk-mahluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti manusia sekarang namun waktunya saja yang terjadi pada masa lampau.
Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang empuhnya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat, Bascom (dalam Danandjaja, 1997 : 50).
Cerita sama halnya dengan karya sastra lainnya, memiliki unsur instrinsik. unsur isntrinsik dalam cerita rakyat anatara lain sebagai berikut.
  1. Tema, istilah tema berasal dari kata ”thema” dalam bahasa Inggris yang berarti ide yang menjadi pokok pembicaraan, atau ide pokok dalam suatu tulisan. tema merupakan ide pokok yang menjadi dasar terciptanya suatu cerita. Taufuik Rahman, (2008: 10) menyimpulkan pengertian tema merupakan apa yang menjadi persoaalan pokok, persoaalan yang menonjol, persoaalan yang banyak menimbulkan konflik, ide utama dan tujuan utama di dalam sebuah cerita.
  2. Penokohan, adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
  3. latar/ seting, Abram (dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010: 16) menjelaskan latar/ seting adalah landas tumpu, menyaran pada tempat, hubungan waktu dan lingkungan. dipertegas lagi oleh Leo Hamalian Frederick R. Karel dalam (dalam L. Endi Kusuma Jaya, 2010: 16) latar/ seting bukan hanya berupa tempat, waktu, perestiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, perasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problem tertentu.
  4. alur/plot rangakain cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan perestiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
  5. amanat menurut Akhmad Saliman (1996) (dalam Tujiono, 2005) amant adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkannya secara tidak langsung ke dalam benak para pembaca. Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

2.2.6 Naskah Drma
Naskah drama adalah karangan yang berupa teks cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).  Naskah merupakan bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas.
Dalam naskah drama memiliki unsur pisik dan dan pisikis. unsur pisik mengandung judul, prolog, dialog, autodirection, dan babak. sedangkan unsur pisikis tema, alur, penokohan, gaya bahasa, objek dan konflik.
Naskah juga dikenal juga memilki unsur instrinsik, sebgai mana karya sastra lainnya. Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman ,1996 (dalam Tujiyono, 2003) ada 7 yakni : 1. Alur. 2. Amanat, 3. Bahasa, 4. Dialog, 5. Latar, 6. Petunjuk teknis, 7. Tema, 8. tokoh.
Unsur-unsur instrinsik cerita rakya memiliki persamaan denagan teks naskah drama. Hanya saja teks naskah drama memiliki dialog, dan petunjuk teknis. Akhmad Saliman,1996 (dalam Tujiyono, 2003) menjelaskan dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita. Sedangkan petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya. Petunjuk teksnis bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan.

2.2.7 Pembelajaran Membuat Naskah Drama dengan Media Cerita Rakyat
2.2.7.1  Persiapan
Pada tahap awal ini, guru menyiapkan skenario pembelajaran. Terutama dalam pemilihan cerita rakyat. Cerita rakyat yang digunakan khendak diperhatikan beberapa aspek, antara lain; (1) cerita mudah ditentukan unsur-unsurnya, (2) isi cerita mudah dipahami, (3) jika cerita terdapat bahasa daerah perlu diterjemhkan ke dalam bahasa Indonesia.
2.2.7.2 Membaca
Tahap kedua yaitu membaca cerita rakyat. Dengan membaca cerita, siswa dituntut menemukan gambaran yang dijadikan ide untuk dikembangkan menjadi sinopsis dan menjadi sebuah teks naskah drama.
2.2.7.3 Identifikasi Unsur-unsur
Mengidentifikasikan unsur-unsur instrinsik cerita dengan cara berdiskusi antara guru dan siswa. Unsur-unsur yang harus ditemukan antara lain; (1) tema, (2) penokohan, (3) alur/ plot (4) babak-babak yang akan dikembangkan, (5) seting, (6) gaya bahasa, dan  (7) konflik.


2.2.7.4 Menyusun Sinopsis
Data hasil identifikasi yang sudah disusun kemudian  dikembangkan menjadi sinopsis atau kerangka  naskah yang  selanjutnya  disusun menjadi naskah drama satu babak.  Setiap karangan biasanya terdiri atas tiga bagian struktur pokok atau kerangka karangan, yaitu :
  1. Pendahuluan
    Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan pada karya tulis tersebut secara padat, jelas,  dan ringkas kepada para pembaca.
  2. Puncak/Klimaks.
    Bagian klimaks adalah bagian yang memunculkan konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-tokoh. Kejadian dalam konflik bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang ringan sampai yang rumit.
  3. Penyelesaian
    Bagian Penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konflik dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bisa juga berakhir tragis.


2.2.7.4  Mengembangkan Sinopsis  Menjadi Naskah Drama
Dari hasil penyusunan sinopsis kerangka kemudian dilajutkan dengan pengembangan sinopsis menjadi naskah drama. Dengan ururtannya, judul, prolog, dialog, petunjuk teknis, ururtan perkenalan, kelimaks, dan solusi.

2.2.6 Tolak Ukur atau Parameter Penilitan Dalam Sebuah Naskah Drama
            Dalam menulis naskah drama dengan menggunakan media cerita rakyat perlu dilihat aspek-aspek untuk dijadikan sebagai tolak ukur.
1.      Keseluruhan naskah sesuai dengan teks cerita rakyat yang dijadikan media.
2.      Pengembangan ide mendukung naskah yang dihasilkan. Ide yang di dapat berasal dari pembcaan teks cerita rakyat.
3.      Prolog naskah drama harus dapat menarik minat pembaca dengan menggunakan bahasa tidak berbelit-belit.
4.      Alur peristiwa tetap terjaga sesuai dengan alur teks cerita, meskipun terjadi pengembangan.
5.      Dialog mencerminkan tema, dan pemakaian kalimat disusun dengan baik dan benar.
6.      Menggabarkan seting persis sama dengan seting cerita.
7.      Penokohan sesuai dengan penokohan yang ada dalam cerita.

BAB III
METODE PENELITIAN
1.1  Seting Penelitian
Seting penelitian ini dapat dijelaskan sesuai dengan judul penelitian yang akan dilaksanakan. Seting  penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Empang kabupaten Sumbawa.
b.      Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan, Februari sampai denngan akhir bulan Maret tahun 2012.
c.       Variabel yang diamati dalam penelitian ini  terbagi menjadi dua, yaitu variabel tiindakan dan variabel harapan. Variabel tindakan berupa pemanfaatan media cerita rakyat dalam kegiatan menulis teks naskah drama. Sedangkan yang menjadi variabel harapan berupa peningkatan kemampuan menulis teks naskah drama oleh siswa kelas VIII 1 SMPN 1 Emapang Kabupaten Sumbwa.
d.      Objek penelitian ini adalah media cerita rakyat yang berjudul Lala Buntar. cerita rakyat Sumbawa kecematan Pelampang yang diterbitkan oleh dinas pendidikan nasional kabupaten sumbawa.
e.       Subjek dalam penelitian ini dilaksanakan adalah siswa kelas VIII 1 SMPN 1 Empang kebupaten Sumbawa. Berdasarkan studi pendahulaun yang telah dilakukan, dapat diketahui nahwa siswa kelas VIII berjumlah 25 orang, 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

Tabel 3.1
Daftar Nama Subjek Penelitian

No
Nama
Jenis Kelamin
1


2


3


4


5


6


7


8


9


10


11


12


13


14


15


16


17


18


19


20


21


22


23


24


25



3.2  Desain Penelitaian
Jumlah siklus dalam penelitian ini direncanakan dilakkukan minimal sebanyak dua siklus. jika, pelaksanaan dua siklus ini dirasa belum mencapai hasil yang maksimal, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya. karena  dalam (Departemen pendidikan nasional, 2007: 9), menjelaskan jumalah siklus dalam penelitian tindakan kelas (PTK) harus lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. adapun tahap pelaksanaan siklus berikut sebagai berikut.
3.2.1        Tahap Perencanaan
3.2.1.1 Studi Pendahuluan
Pada tahap perencanaan setudi pendahuluan perlu dilakukuan yang dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa dan guru  bidang studi berkaitan dengan pembelajaran menulis teks naskah drama. Kegiatan studi pendahuluan meliputi tes kemampuan menulis teks naskah drama dan wawancara terhadap siswa dan guru bidang studi atas proses pembelajaran menulis teks naskah drama.
Dari hasil pendahuluan yang telah dilakukan, selanjutnya diadakan diskusi dengan guru bidang studi bahasa Indoenesia kelas VIII 1 SMPN 1 Empang mengenai pelaksanaan tindakan dalam rangka peningkatan kemampuan menulis teks naskah drama dengan pemanfaatan media cerita rakyat.
3.2.1.2   Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan merupakan tahap awal. Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan terhadap tindakan yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini meliputi, mempelajari kurukulum, menyusun silabus, menyusun rancangan tindakan berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat alat pengumpulan data berupa pedoman observasi dan lembar kerja siswa.
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) penetapan indikator pembelajaran menulis teks naskah drama dengan pemanfaatan media cerita rakyat, (2) menyusun langkah-langkah pembelajaran menulis teks naskah drama dengan memanfaatkan media cerita rakyat, dan (3) menyusun penilaian pembelajaran teks naskah drama.
3.2.1.3  Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan kegiatan penerapan rencana tindakan. Peneliti sebagai guru melaksanakan pembelajaran menulis teks naskah drama dengan  menfaatkan media cerita rakyat sekaligus melakukan pengamatan terhadap tingkah laku siswa yang tanpak dari hasil pelaksanaan tindakan tersebut sebagai dasar  melakukan refleksi terhadap tindakan yang dilakukan.
3.2.1.4  Tahap Observasi
Observator dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru bidang studi yang mengajar di kelas VIII 1 SMPN 1 Empang. Peneliti mengobvservasi tingkah laku siswa sedangkan guru bidang studi mengobvservasi kegiatan peneliti selama mengadakan tindakan di kelas. Observasi dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Peneliti berusaha mengenal, merekam, mendokumentasi semua indikator dari proses dan hasil pembelajaran yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan rencana maupun danpak intervensi dalam pembelajaran menulis teks naskah drama dengan pemanfaatan media cerita rakyat. Keutuhan hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar observasi.
                                                      Diagram 3.1
Alur penelitian pembelajran menulis teks naskah drama dengan memanfaatkan media cerita rakyat.







3.3            Teknik Pengumpulan Data
3.3.1        Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah dari proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa dan guru (peneliti) di kelas VIII 1 SMPN 1 Empang , khususnya dalam pembelajaran menulis teks nskah drama.
3.3.2        Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data skunder. Data primer merupakan data lansung yang dikumpulkan oleh peneliti (petgas-petugasnya) dari sumber pertamanya (Hadi dalam Ratna. 2010: 25). Sedangkan data sekuder adalah merupakan data yang diperoleh dati data yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk digram, bentuk tabel atau dalam bentuk lain.
Adapun data primer yang termasuk terdiri atas (a) hasil observasi penelitian terhadap kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa dalam dalam menulis teks naskah drama, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pelaksanaan tindakan, dan (d) hasil observasi selama kegiatan belajar yang berkaitan dengan tingkat kemampuan siswa dalam menulis teks naskah drama dengan memanfaatkan media cerita rakyat. Sedangkan data sekunder yaitu data subjek penelitian dan data hasil ketentusan belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan pemanfaat media cerita rakyat dalam menulis teks naskah drama.

3.3.3        Cara Pengumpulan Data
Guna menunjang keberhasilan dan validitas data yang diperoleh pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara pengumpulan data.
1.      Wawancara
Estemberg 2002 dalam Sugiyono, (2007: 317) menjelaskan metode wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna ke dalam suatu topik tertentu.
Lincolan dan Guba, 1985 dalam Syamsudin dkk, (2009: 94) teknik wawancara merupakan sustu percakapan dengan tujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang atau tentang orang, kejadian, aktivitas, oraganisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.
Teknik wawancara ini dilakukan pada studi pemdahuluan untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan guru bidang studi dalam kegiatan pembelajaran menulis teks naskah drama.
Teknik wawancara yang akan digunakan menggunakan teknik wawacara terstruktur. Teknik wawancara terstruktur adalah wawancara yang memokuskan  pada satu topik-topik khusus dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diformat dengan rinci terhadap topik tersebut. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga dapat digunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brousur dan matrial lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugionao, 2007: 319).
Adapun langkah-langkah dalam teknik wawancara tersturktur yang digunakan, meliputi: (1) menentukan siapa yang akan diwawancara, pada kesempatan ini yang akan diwawancarai yaitu beberapa orang perwakilan dari siswa  dan guru bidang studi kelas VIII. 1 Empang. (2) mempersiapkan wawancara yang berkaitan dengan waktu, media atau alat dalam pengambilan data hasil wancara, (3) kegiatan awal, (4) melakukan wawancara dan memlihara agar wawaancara produktif, (5) menghentikan atau mengakhiri wawancara dan membuat simpulan dari hasil wawancara.
2.      Observasi
Yatim Riyatno 2007 dalam Dewi (2010: 27) mendifinisikan observasi adalah sebagai metode pengumuplan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi dalam hal ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa berupa aktivitas dan kreativitas dan keaktivan siswa. Pelaksanaan metode observasi bersinergi dengan tahap pelaksanaan dan obseervasi tindakan pada setiap siklus.
Jenis observasi yang digunakan adala observasi partisipasi aktif. Yang dimaksud dengan observasi patisipasi aktif yaitu peneliti tarjun lansung ke lapangan dengan ikut serta bekerja dengan nara sumber (Sugiono, 2007: 312). Teknik yang digunakan menggunakan observasi sistematis, observasi sistematis merupakan observaasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Instrumen pengamatan berisi berbagai jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati (Arikunto, 2007: 157).

3.      Tes
Tes bahasa dimengertikan sebagai suatu alat prosedur yang digunakan dalam melakukan penilain dan evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat kemampuan berbahasa, (Djiwando, 2008:12).Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelgensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok, (Arikunto, 2006: 150). Dari tes diperoleh skor yang bersifat kuantitatif yang selanjutnya dapat ditafsirkan dalam tahap evaluasi.
Teknik ini diterapkan untuk memperoleh produk karya siswa pada setiap tahap tindakan yang dilakukan, penerapan teknik metode tes yaitu dengan memberikan tes berupa esei yang berisi instruksi kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan tiap tindakan pada lembar kerja siswa yang telah disiapkan.
3.4            Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul melalui pelaksanaan teknik pengumpulan data selanjutnya diproses sehingga diketahui simpulan hasil pada tiap siklus yang dilaksanakan. Selain itu, analisis tersebut akan menjadi gambaran hasil akhir dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan akhir.
Data yang diperoleh melalui teknik observasi dianalisis dengan melihat ketercapain indikator tindakan yang disyaratkan, baik dari aspek guru maupun dari aspek siswa. Sedangkan data hasil produk siswa atau hasil teks naskha drama siswa sebagai karya terkahir yang diperoleh dari metode tes, kemudian dianalisis dengan menggunakan dengan format penilain teknik tes. Karya akhir siswa diberi skor sesuai dengan pencapaian indikator pada setiap aspek yang dinilai.
Tingkat skor tertinggi dari setiap aspek yang dinilai menggunakan format penilai tes dengan skor tertinggi adalah empat dan terendah adalah satu. Jumlah aspek yang dinilai dari hasil produk ada delapan jika siswa memperoleh skor tertinggi atau skor maksimal adalah tiga puluh dua. Adapun formatpenilain hasil produk dengan menggunakan teknik tes dalam penulisan teks naskah drama dengan memanfaatkan media cerita rakyat sebagai berikut.









Tabel 3.2
Aspek Penilain hasil Teks Naskah Drama Dengan Pemanfaatn Media Cerita Rakyat
KATEGORI
TINGKATAN
4
(Sangat Baik)
3
(Baik)
2
(Cukup)
1
(Kurang)
Kesesuaian Naskah dengan Cerita
Seluruh naskah sesuai dengan cerita rakyat.
Sebagian besar naskah sesuai dengan cerita rakyat.
Beberapa bagian naskah kurang sesuai dengan cerita rakyat.
Seluruh bagian naskah tidak sesuai dengan cerita rakyat..
Pengem-bangan Ide
Semua pengembangan ide mendukung naskah yang dihasilkan.
Sebagian besar pengembangan ide mendukung naskah yang dihasilkan.
Beberapa pengembangan ide mendukung naskah yang dihasilkan.
Semua pengembangan ide tidak mendukung naskah yang dihasilkan.
Prolog
Menarik (tidak berbelit-belit dab mengundang rasa ingin tahu pembaca tentang kelanjutan cerita)
Cukup menarik (agak berbelit-belit tetapi cukup mengundang rasa ingin tahu pembaca tentang kelajutan cerita)
Kurang menarik (berbelit-belit dan kurang mengundang rasa ingin tahu pembaca tentang kelanjutan cerita)
Tidak menarik (berbelit-belit dan tidak mengundang rasa ingin tahu pembaca tentang kelanjutan cerita)
Alur
Alur peristiwa tetap terjaga meskipun terjadi pengembangan
Terdapat beberapa alur peristiwa yang tidak sesuai.
Sebagian besar alur peristiwa tidak sesuai.
Semua alur peristiwa tidak sesuai.
Pemakaian Kalimat
Seluruh kalimat disusun dengan baik.
Sebagian besar kalimat disusun dengan baik.
Beberapa kalimat disusun dengan baik.
Seluruh kalimat tidak tersusun dengan baik.
Perwatakan tokoh cerita
Semua gambaran watak/karakter tokoh sesuai dengan cerita
Terdapat beberapa karakter tokoh yang tidak sesau dengan cerita
Terdapat banyak karakter tokoh yang tidak sesauai dengan cerita
Hampir semua karakter tokoh tidak sesuai dengan cerita
Seting
Menggabarkan seting persis sama dengan seting cerita
Gambaran seting hampir sama dengan seting cerita
Gambaran seting cukup mirip dengan seting cerita
Gambaran seting kurang atau tidak sama dengan seting cerita
Ejaan
Tidak terdapat kesalahan penggunaan huruf besar dan tanda baca.
Terdapat beberapa kesalahan dalam penggunaan huruf besar dan tanda baca.
Terdapat banyak kesalahan dalam penggunaan huruf besar dan tanda baca.
Hampir setiap bagian terjadi kesalahan dalam penggunaan huruf besar dan tanda baca.
           
            Untuk melihat ketuntasan proses pembelajaran siswa dalam menulis teks naskah drama perlu melihat indikator proses. Adapun indikator penulis naska drama terlihat pada aspek penilaian proses berikut.
Tabel 3.2
Aspek Penilain Proses Teks Naskah Drama Dengan Pemanfaatn Media Cerita Rakyat
No
Komponen
Kualifikasi
Indikator
Skor
1.
Keaktifan mendiskusikan mengenai surat
Sangat aktif
Sangat aktif melasanakan atau menanggapi setiap tahapan pemebelajaran
4
Aktif
aktif melaksanakan atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran
3
Cukup aktif
Cukup aktif melaksanakan atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran
2
Kurang akitf
Kurang aktif bahkan tidak melaksanakan atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran
1
2.
Keseriusan ketika mendaftar unsur suratr dan menangapi hasil pekerjaan teman
Sangat seirus
Terlihat sangat serius melaksanakan tugas atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran dan menanggapi hasil kerja teman.
4
Serius
Terlihat serius melaksanakan tugas atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran dan menanggapi hasil kerja teman.
3
Cukup serius
Terlihat cukup serius melaksanakan tugas atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran dan menanggapi hasil kerja teman.
2
Kurang
Terlihat kurang serius melaksanakan atau menanggapi setiap tahapan pembelajaran dan menanggapi hasil kerja teman.
1
3
Antusiasme dalam emngikuti pembelajaran

Sangat antuisias
Terlihat sangat penuh semangat dan segera mengacungkan jari untuk melaksanakan setiap tahapan pembelajaran
4
Antusias
Terlihat penuh semangat dan segera mengacungkan jari untuk melaksanakan setiap tahapan pembelajaran
3
Cukup
Terlihat cukup semangat dan mengacungkan jari untuk melaksanakan setiap tahapan pembelajaran
2
Kurang
Terlihat kurang semangat dan mengacungkan jari untuk melaksanakan setiap tahapan pembelajaran
1
Pendeskripsian data pada penilitian tindakan kualitatif melihat peningkatan persentase pada; (1) nilai rata-rata siswa secara klasikal, (2) jumlah siswa yang mendapatkan nilai standar minimal ke atas (ketuntasan belajar klasikal), dan (3) rata-rata setiap aspek (klasikal). Maka, untuk megetahui persentase peningkatan tersebut perlu menggunakan rumus ebagai berikut.
  1. Rumus untuk mengetahui nilai rata-rata siswa secara kalsikal
Skor rata-rata adalah sebuah angka yang menunjukkan tingkat prolehan skor seluruh kelompok peserta tersecara klasikal.. Angka itu memberikan gambaran tentang tingkat pencapain peserta tes secara keseluruhan dalam mengerjakan suatu tes tertentu. Rumusnya rata-rata yaitu:
Keterangan:
nilai rata-rata siswa (mean)
jumlah nilai siswa
jumlah siswa
(Djiwandono, 2008: 212)
  1. Rumus untuk mengetahui persentase jumlah siswa yang tuntas secara klasikal
Rumusnya: 
      Keterangan:
jumlah siswa tuntas belajar (mendapatkan nilai di atas standar)            
T = jumlah seluruh siswa
(Muzaini 2008 dalam Faesal, 2009: 38).

  1. Rumus untuk mengetahui rata-rata terhadap aspek penilain
Keterangan:
nilai rata-rata setiap aspek
jumlah nilai setiap aspek secara keseluruahan
jumlah ideal (jumlah siswa x nilai tertinggi setiap aspek)
(Suryani 2009, dalam Faesal, 2009: 38).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar